Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Cerita Kapolri Tentang Teroris di Acara Mata Najwa

Kamis | 17 Mei WIB Last Updated 2018-05-17T14:50:09Z
Ilustrasi
Partukkoan

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian pada kesempatannya sebagai narasumber dalam acara Mata Najwa menceritakan bagaimana kisah penangkapannya terhadap terduga teroris.

Menurutnya, seorang pelaku teroris biasanya terjerumus karena adanya pemahaman ideologi yang salah.

"Pemahaman tentang ideologi yang membuat mereka ikut untuk aksi bunuh diri. Karena mereka meyakini pemikiran mereka dalam mindset kelompok-kelompok ini mereka hanya berpikir didoktrin sedemikian rupa bahwa jalan tol expres menuju surga adalah dengan operasi amaliyah (jihad melawan musuh)", kata Tito.

Tito melanjutkan, ada dua cara yang bisa dipakai oleh pelaku terduga teroris. Pertama yaitu jika mereka terbunuh, maka mereka langsung masuk ke Surga. Dan yang kedua, adalah dengan meletakkan bom di tempat keramaian tertentu sedangkan pelaku kabur.

Kapolri mengakui, bahwa kejadian kali ini merupakan kejadian yang luar biasa, karena metode yang digunakan adalah metode bunuh diri.

"Tapi yang kali ini kan tidak. Dipakai di badan bahkan diikat di tubuh anak kecil. Membawa Kartu Keluarga dan KTP mereka. Ini berarti mereka memang mencari mati karena mereka yakin bahwa mereka itu akan masuk surga", katanya.

Jalan kedua menuju surga itu, menurut Tito, yaitu teroris menginginkan konfrontasi (kontak senjata) dengan polisi. "Pada saat konfrontasi terjadi, mereka bisa membunuh dan mendapatkan pahala. Kalau mereka terbunuh, langsung masuk surga," ujarnya.

Pihaknya kata dia, sangat menghindari konfrontasi terbuka guna menangkap teroris dalam keadaan hidup.

"Jadi yang kita lakukan tekniknya jangan mencari konfrontasi terbuka, namun melakukan penangkapan saat mereka lengah.

Kalau seandainya konfrontasi terbuka, itu jaga jarak. Saya berpesan jangan gunakan langkah-langkah penyerbuan karena mereka juga siap mati.

Tito Karnavian kemudian bercerita kisahnya saat menangkap teroris hidup hidup dalam kasus bom Kedutaan Besar Australia di Bogor.

"Begitu kami tangkap hidup-hidup mereka menangis di kendaraan. Kenapa kamu menangis? 

Kenapa kita tidak kontak? Kenapa saya nggak bisa membunuh bapak? Kenapa bapak nggak bunuh saya? Saya kehilangan golden momentum untuk masuk surga.

Saya sampaikan, ya sudah kamu bunuh diri saja setelah ini.

Saya neraka pak, kalau sudah begitu", cerita Tito.

Sumber: tribunnews
close